Langsung ke konten utama

Dinas KUMKMP akan Beli Alat Pendeteksi Makanan Berbahaya

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus berupaya mencegah peredaran bahan ‎makanan minuman berbahaya di ibu kota. Bahkan, Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI menyiapkan anggaran sebesar Rp 750 juta untuk membeli alat pendeteksi makanan dan minuman berbahaya. ‎Alat pendeteksi bernama Rapid Test Kit tersebut rencananya akan diserahkan ke Suku Dinas KUMKMP di lima wilayah Jakarta.
Joko melanjutkan, atas arahan dari Gubernur DKI itulah, pihaknya pada tahun ini menganggarkan untuk pembelian alat Rapid Test Kit ‎sebesar Rp 750 juta. Alat tersebut nantinya akan diserahkan ke Sudin KUMKMP di tingkat kota masing-masing sebanyak lima unit. ‎"Alat tersebut akan disebar di lima wilayah kota sekaligus juga diadakan pelatihan dari BPOM mengenai cara penggunaannya," terangnya."Kami merasa perlu membantu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) DKI dalam pengawasan penggunaan bahan berbahaya di produk makanan dan minuman. Makanya Pak Ahok memerintahkan kita untuk membeli alat tersebut," kata Joko Kundaryo, Kepala Dinas KUMKMP DKI, di acara Advokasi Kelembagaan Kelurahan tingkat Provinsi Dalam Rangka Gerakan Keamanan Pangan Desa, di Gedung Serbaguna Dinas KUMKMP DKI, Jumat (29/5).
Dikatakan Joko, pihaknya bersama BPOM DKI telah berkoordinasi untuk memberikan sosialisasi mengenai tata cara penggunaan alat ini kepada para aparatur di tingkat kota. Para aparatur yang terdiri dari lurah, camat, kepala sudin (kasudin), hingga walikota itu, selanjutnya akan melatih masyarakat di wilayah kelurahannya masing-masing tentang penggunaan alat tersebut. ‎"Makanya dari kemarin sampai hari ini kita undang pejabat di tingkat kota untuk mengikuti sosialisasi dari BPOM terkait penggunaan alat Rapid Test Kit," jelasnya.
Joko ‎menerangkan, pelatihan mengenai tata cara penggunaan alat pendeteksi makanan minuman berbahaya tersebut dinilai tidak terlalu sulit atau memakan waktu lama. Masyarakat diperkirakan dapat menggunakan alat ini dengan mengikuti pelatihan antara satu hingga dua hari. ‎"Alat ini sangat simpel, gampang sekali. Karena Ini bisa dilakukan dengan pelatihan 1-2 hari selesai," ucapnya.
Ia memjelaskan, pada tahun ini, BPOM DKI akan memberikan bantuan alat Rapid Test Kit ke lima kelurahan di DKI. Sementara tahun lalu, mereka juga menyerahkan bantuan serupa terhadap 12 kelurahan. Alat itu sendiri telah digunakan para petugas di sejumlah pasar tradisional yang telah dilatih menjadi kader pemeriksa makanan dan minuman berbahaya.
"Jadi pada tahun lalu dan tahun ini totalnya ada 17 kelurahan yang dapat bantuan alat tersebut dari BPOM DKI. Bersamaan dengan itu, kita juga akan beli alat ini untuk lima wilayah sekaligus. Jadi bakal lebih massif dan dahsyat lagi," ujarnya.
Dikatakan Joko, orang-orang yang bakal dilatih BPOM DKI menjadi kader pemeriksa makanan minuman berbahaya dengan menggunakan alat tersebut yakni para anggota Karang Taruna dan anggota Pramuka dari setiap kelurahan. "‎Kita mau menciptakan kader-kader yang paham kesehatan dan kualitas produk, kemudian disebar. di wilayah kelurahan. Jadi nanti para lurah lah yang akan periksa sendiri kondisi makanan minuman di wilayahnya lewat kader-kadernya itu," ungkapnya.
‎Joko mengaku optimis, dengan adanya alat Rapid Test Kit dan kader pemeriksa di setiap kelurahan ini dapat menyadarkan‎ para produsen atau pemasok makanan minuman berbahaya yang sebelumnya kerap menyuplai bahan baku mengandung borak dan formalin ke barang dagangan pedagang. "Kedua kita juga bisa mengedukasi masyarakat konsumennya juga agar lebih cerdas dan cermat dalam mengkonsumsi makanan," tukasnya.
Kepala BPOM DKI‎, Dewi Prawitasari menambahkan alat Rapid Test Kit sangat diperlukan untuk menguji‎ apakan makanan yang dijual para PKL binaan Dinas KUMKMP DKI mengandung bahan berbahaya atau tidak. Pengujian bahan makanan pedagang melalui alat itu sementara ini akan diprioritaskan di empat lokasi binaan (lokbin) yang dijadikan pilot project.
"Kita prioritaskan untuk empat lokasi yang sudah ditentukan sebagai pilot project yakni di Blok S, IRTI Monas, Nyi Ageng Serang, dan Melawai," katanya.
Sumber: beritajakarta.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Tipar Cakung Raya Marak PKL

Sumber: beritajakarta.com Pedagang kaki lima (PKL) semakin marak di sepanjang Jalan Tipar Cakung Raya, Sukapura, Jakarta Utara. Lapak-lapak PKL digelar di atas trotoar kiri kanan jalan. Dari pantauan Beritajakarta.com , lapak PKL sangat mengganggu pejalan kaki yang melewati trotoar. Bahkan, ada juga lapak yang berada di bahu jalan. Sehingga sering menghambat arus lalu lintas di jalan tersebut. Terkait hal ini, Lurah Sukapura, Supardi mengatakan, PKL di sisi kanan dan kiri Jalan Tipar Cakung Raya telah ada sejak lama. Ia pun mengaku kesulitan menertibkan PKL, karena banyak yang juga merupakan warga sekitar. "Sulit, PKL‎ di sana itu banyakan warga sini juga," ucapnya, Senin (12/10). Namun Supardi akan segera membawa permasalahan PKL ke rapat pimpinan (Rapim) Pemerintah Kota (Pemkot) AdministrasiJakarta Utara. "Mudah-mudahan dari sana akan ada jawaban dan tindak lanjut yang jelas," tandasnya‎.

Keluarga Pasien Protes, Tarif Parkir RSUD Koja Mahal

Sumber: beritajakarta.com Para pembesuk di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta Utara, mengeluhkan sistem tarif parkir yang diterapkan di rumah sakit tersebut. Menurut mereka, sistem tarif parkir per jam sangat memberatkan. Keluarga dan kerabat pasien mengaku keberatan dengan tingginya tarif parkir yang diterapkan. Apalagi kalau mereka sedang menemani atau menjaga keluarganya yang tengah dirawat di rumah sakit milik Pemprov DKI Jakarta tersebut. "Sangat mahal. Ini kan rumah sakit milik Pemprov DKI Jakarta. Harusnya tarif parkir tidak semahal ini," keluh Saiman (29), salah satu keluarga pasien, Jumat (2/10). Menurut Saiman, tidak sepatutnya rumah sakit justru membebani dengan biaya tinggi kepada keluarga pasien, terlebih mengenai tarif parkir. Hal senada diungkapkan Harum (30), yang sedang menunggu kerabatnya yang tengah dirawat di rumah sakit tersebut. "Saya sangat keberatan dengan tarif parkir yang mahal," cetusnya. Berdasarkan pantau

Hasil Panen Padi Petani Rorotan Turun 50 Persen

Sumber: beritajakarta.com Cuaca ekstrem yang terjadi di Ibukota beberapa waktu belakangan ini membuat hasil panen padi para petani di Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara mengalami penurunan.